Minggu, 09 September 2012

sufiks serapan


karya : Abdillah AL Hafizh
Dian Ludiawati

BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
          Dalam pertumbuhan suatu bahasa, masuknya unsur-unsur serapan dari bahasa lain tidak dapat dihindari, bangsa yang kurang maju akan banyak menyerap banyak istilah dari bahasa bangsa yang lebih maju. Tulisan ini hanya membahas unsur-unsur serapan dari bahasa asing yang diserap dalam bahasa Indonesia. Kata serapan dibedakan antara yang budaya dan mesra, yang budaya masuk ke dalam bahasa Indonesia melalui pendidikan, ilmu dan teknologi, agama, dan perdagangan. Kata serapan berasal dari bahasa Sansekerta, Arab, Portugis, dan Inggris. Kata serapan mesra masuk ke dalam bahasa Indonesia melalui perang/penjajahan dan imigrasi. Kata serapan tersebut berasal dari bahasa Belanda dan Cina. Proses penyerapan melalui adaptasi dan adopsi. Proses adaptasi terjadi kalau unsur-unsur dari bahasa asing disesuaikan dengan kaidah- kaidah dalam bahasa Indonesia. Adaptasi dapat fonemik dan gramatikal. Proses adopsi terjadi pada unsur leksikal, yaitu pada konsep-bentuk-arti. Pertama, kata dapat diserap konsep asingnya saja tetapi bentuk kata dari bahasa Indonesia. Kedua, konsep asing diserap tetapi bentuk kata bahasa Indonesia merupakan deskripsi dari konsep itu. Ketiga, konsep dan bentuk kata asing diserap, tetapi arti berbeda. Asal kata dari bahasa asing bisa dua, maka dapat terjadi dua kata serapan yang kompetitif pemakaiannya.
          Bahasa Indonesia merupakan bahasa asing yang dinamis, yang selalu berkembang dari waktu ke waktu sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat pemakai dan penuturnya. Salah satu akibat dari sifat dinamis tersebut adalah masuknya berbagai unsur kebahasaan dari bahasa asing, baik yang berupa afiks (imbuhan, awalan, akhiran) maupun berupa kata. Inilah yang kemudian dikenal dengan unsur serapan.

B.  Rumusan Masalah
C.  Tujuan
       Pembahasan makalah ini mengenai sufiks serapan dalam bahasa Indonesia yang mencoba  untuk mempertajam kepekaan bangsa Indonesia agar dapat menyelami bahasa sendiri. Bangsa Indonesia yang pernah dijajah oleh negara asing mengakibatkan banyaknya bahasa asing yang digunakan oleh bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia diperkaya dengan masuknya bahasa asing yang kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia agar ciri bangsa Indonesianya sendiri masih terasa.
Dengan alat-alat ketatabahasaan di atas diharapkan bahwa bahasa Indonesia menjadi lebih luwes dalam menyatakan kembali berbagai konsep dalam berbagai bidang ilmu yang berasal dari Barat. Kemampuan untuk menyerap berbagai gagasan dari Barat dan mengungkapkannya kembali dalam bahasa Indonesia, diharapkan semakin meningkat. Kata-kata asing tidak kita pungut begitu saja, melainkan diusahakan agar dapat dinyatakan dengan kata-kata yang lebih bersifat Indonesia.


BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pengertian Sufiks
1.    Menurut Abdul Chaer
          Sufiks adalah afiks yang dibubuhkan di kanan bentuk dasar, yaitu sufiks -kan, -i, -an, dan nya.

2.    Menurut Harimurti Kridalaksana
          Sufiks (suffix) adalah afiks yang ditambahkan pada bagian belakang pangkal; misalnya: -an pada ajaran;               akhiran.

3.    Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi keempat
          Sufiks adalah afiks yang ditambahkan pada bagian belakang kata dasar, misalnya: -an, -kan, dan -i; akhiran;

4.    Menurut Keraf
          Sufiks morfem nondasar yang secara struktural dilekatkan pada akhir sebuah kata dasar.

          Jadi, pengertian sufiks adalah afiks yang dibubuhkan diakhir bentuk dasar, atau yang sering disebut dengan akhiran. Serapan, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan hasil menyerap atau yang diserap. Jadi dapat disimpulkan bahwa sufiks serapan ialah akhiran dari bahasa asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia.

B.  Jenis atau Variasi Bentuk
          Untuk memperkaya bentuk gramatikalnya, bahasa Indonesia menyerap sejumlah imbuhan asing dari bahasa Arab, Sansekerta, dan bahasa Barat (Belanda dan Inggris). Imbuhan tersebut antara lain sebagai berikut:

1.    Dari bahasa Arab: -i, -iah, dan -wi, sebagai pembentuk atau penanda kata sifat, dengan makna 'berhubungan dengan, mengenai, bersifat, memenuhi syarat'. Contoh: alami,  rohaniah, manusiawi.

2.    Dari bahasa Sansekerta: -man, -wan, -wati sebagai pembentuk atau penanda kata benda. Afiks -wan merupakan afiks yang produktif. Di samping kata-kata lama seperti bangsawan, hartawan, jutawan, timbullah kata-kata baru, misalnya sejarawan, negarawan, bahasawan, tatabahasawan, dan masih banyak lagi. Afiks -man merupakan afiks yang improduktif, yang sudah usang dan distribusinya terbatas pada beberapa kata yang tidak lagi membentuk kata-kata baru. Seperti budiman dan seniman.

3.    Dari bahasa Barat. Sufiks dari bahasa barat terdapat dari dua bahasa, yaitu bahasa Belanda dan Inggris. Karena masuknya kata serapan dari bahasa Belanda jauh mendahului bahasa Inggris, maka sufiks serapan dari bahasa Belanda lebih banyak dibandingkan dengan yang bahasa Inggris. Tetapi bahasa Inggris lebih dikenal oleh penutur bahasa Indonesia, sedangkan bahasa Belanda semakin tidak dikenal, atau pengaruhnya semakin menyusut. Sufiks dari bahasa barat meliputi:
a.    Sufiks -ur dalam direktur, inspektur, redaktur.
b.    Sufiks -is dalam egois, sosialis, kapitalis, nasionalis.
c.    Sufiks -isme dalam humanisme, feodalisme, kapitalisme, sukuisme.
d.    Sufiks -isasi dalam organisasi, spesialisasi, globalisasi, inventarisasi, aktualisasi, legalisasi, lokalisasi.
e.    Sufiks -us dalam kritikus, musikus, politikus, komikus.

C.  Pembentukkan Kata
1.    Dari Bahasa Arab
          Adjektiva yang bersufiks -i, -iah atau -wi memiliki dasar nomina yang berasal dari bahasa Arab.
Contoh :
Nomina                         Adjektiva                               Adjektiva
Alam                              alami                                        alamiah
Abad                              abadi
Insan                              insani                                       insaniah
Hewan                           hewani
Amal                              amaliah
Dunia                             duniawi
Manusia                         manusiawi
Gereja                            gerejawi
Raga                              ragawi

2.    Dari Bahasa Sansekerta
          Sufiks –man, -wan, dan –wati merupakan sufiks dari bahasa Sansekerta. Sufiks -man membentuk kata sifat, misalnya:
          Seniman                           seni
          Budiman                          budi
         
          Sufiks -wan ada yang melekat pada bentuk dasar yang termasuk golongan kata sifat, misalnya:
Suka relawan                    suka rela
Cendikiawan                    cendikia

          Tetapi sebagian besar melekat pada bentuk dasar yang termasuk golongan kata nominal, misalnya:
Negarawan                       negara
Sejarawan                         sejarah
Gerilyawan                       gerilya
Usahawan                                    usaha
Rokhaniwan                     rokhani

          Sufiks ­-wati melekat pada bentuk dasar yang termasuk golongan kata nomina, seperti:           
              Wartawati                                    warta

          Dalam bahasa Sansekerta bentuk sufiks –man dan –wan dipakai untuk menunjukkan jenis jantan, sedangkan bentuk betina untuk masing-masing bentuk adalah –mati dan –wati. Tetapi dalam bahasa Indonesaia sufiks –mati menimbulkan nilai rasa yang lain sekali, yaitu diasosiakan dengan kata mati sebagai lawan kata hidup. Oleh sebab itu bentuk tersebut tidak diterima. Untuk menyatakan bentuk betina yang sejajar dengan –man dipergunakan bentuk –wati, yaitu bentuk betina dari –wan.
  
3.    Dari Bahasa Barat
          Sufiks -ur, -is, -isme, -isasi, dan -us ini diserap dari bahasa Belanda atau bahasa Inggris.
a.    Sufiks -ur termasuk golongan kata nomina, contoh:           
          Direktur                            direk   
                   Inspektur                          inspek
                   Redaktur                          redakt

b.    Sufiks -is membentuk kata sifat, contohnya:
          Egois                                ego                 
          Sosialis                             sosial
          Kapitalis                           kapital

c.    Sufiks -isme membentuk kata nomina, contoh:       
          Humanisme                      human
          Kapitalisme                      kapital
          Feodalisme                       feodal

     Sufiks -isme dapat juga membentuk kata adjektiva, seperti: nasionalisme, patriotisme.

d.   Sufiks -isasi membentuk kata benda abstrak, contoh:
          Organisasi                        organ
          Spesialisisasi                     spesialis
          Globalisasi                        global

                      Akhiran -isme dan -isasi juga merupakan jenis imbuhan serapan. Mulanya pemakaian kedua imbuhan ini sangat terbatas pada kata-kata tertentu, seperti liberalisme dan westernisasi. Pemakaiannya tidak hanya pada kata dasar dari bahasa Inggris atau Belanda. Kata-kata Indonesia asli pun banyak yang menggunakan kedua imbuhan tersebut, seperti bapakisme, Indonesisasi.

e.    Sufiks -us membentuk kata nomina, contoh:
          Politikus                           politik             
          Kritikus                            kritik
          Musikus                            musik

D.  Fungsi Pembentukan
1.    Dari Bahasa Arab
Akhiran -i, -iah,  -wi
          Apabila diperhatikan afiks-afiks bahasa Arab yang produktif, maka dapat diketahui bahwa afiks-afiks itu berfungsi menjadi kata sifat. Makna yang dikandungnya pun menyatakan 'memiliki sifat'.
Sufiks -i
-i                        N         A         'bersangkutan dengan'
       Contoh:
a.    Olah raga secara teratur akan memelihara kesehatan jasmani kita.
b.   Agama merupakan sarana untuk meningkatkan kehidupan rohani manusia.
c.    Perlakukanlah para tenaga kerja secara manusiawi.
d.   Setiap manusia harus mempertimbangkan hal-hal surgawi.
e.    Ia menyanyikan lagu-lagu gerejawi.
Catatan:
               Sufiks ini mempunyai alomorf -i, -wi, dan -ni.

Sufiks -iah
-iah         N         A         'bersangkutan dengan'
       Contoh:
a.   Kecantikan alamiah dimiliki oleh gadis-gadis desa.
b.   Kebutuhan manusia terdiri dari kebutuhan jasmaniah dan rohaniah.
c.    Banyak kata dalam bahasa Inggris yang tidak dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia secara harafiah.

          Aturan pemakaian sufiks -i, -iah atau -wi dalam banyak hal ditentukan oleh aturan fonologi dan tata bahasa Arab. Secara umum, sufiks -i dan -iah muncul di belakang kata yang berakhiran dengan vokal. Ada pula bentuk turunan yang diserap secara utuh menurut aturan bahasa Arab, seperti hakiki, rohani, ilmiah, dan harfiah. Sufiks -i dan -wi dalam bahasa Arab ditambahkan pada nomina jenis maskulin, sedangkan -iah pada nomina jenis feminin.

2.    Dari Bahasa Sansekerta
          Akhiran -man, -wan, dan -wati merupakan contoh imbuhan serapan. Ketiganya berasal dari bahasa Sansekerta dan berfungsi membentuk nomina dan adjektiva.  Sufiks –man sudah tidak produktif (improduktif) lagi, karena sudah usang dan distribusinya terbatas pada beberapa kata. Sufiks -man hanya terdapat pada kata budiman dan seniman. Dalam bahasa Sansekerta, sufiks –man dan –wan dipakai untuk menunjukkan jenis kelamin laki-laki, sedangkan bentuk wanita ditunjukkan dengan bentuk –mati dan –wati. Akan tetapi, dalam bahasa Indonesia, sufiks –mati menimbulkan nilai rasa yang berbeda, yaitu diasosiasikan dengan kata mati sebagai lawan dari hidup. Oleh karena itu, sufiks –mati tidak dipakai dalam bahasa Indonesia.
          Sufiks -wan merupakan afiks produktif yang memiliki kesanggupan yang besar untuk melekat pada kata-kata yang dapat membentuk kata-kata baru. Afiks -wan fungsinya yang membentuk kata nominal, misalnya negarawan, sejarawan, gerilyawan, usahawan, dan sebagainya. Sufiks -wan hanya dapat mengikuti huruf hidup. Sufiks -wan dapat bergender netral ataupun lelaki, namun untuk perempuan menggunakan -wati. Akan tetapi, tidak semua yang dapat dilekati dengan -wan dapat dilekati dengan -wati.
          Alomorf ­-wati­ dipakai untuk mengacu pada perempuan. Seorang pekerja perempuan, misalnya dinamakan karyawati, sedangkan rekan prianya dinamakan karyawan. Dalam perkembangan bahasa Indonesia, orang mulai memakai bentuk dengan -wan untuk merujuk baik pria maupun wanita. Bila ingin secara khusus merujuk pada kewanitaannya, barulah dipakai -wati. Dengan kata lain, wartawati pastilah seorang jurnalis wanita, tetapi wartawan bisa mengacu pada yang pria ataupun yang wanita
Contoh: -     Arif adalah usahawan muda yang terbilang sukses
-          Basuki seorang seniman yang terkenal
-          Dia adalah karyawati di sebuah perusahaan swasta
3.    Dari Bahasa Barat
a.    Sufiks -ur berfungsi membentuk kata nomina. Dalam serapan asing, sufiks -ur tidak produktif lagi. Sufiks -ur menggunakan pelaku maskulin (laki-laki).
-ur              V                        N         'pelaku maskulin'
          Contoh:
a)    Direktur PT Abadi Jaya tidak hadir dalam rapat.
b)   Yang bertugas sebagai inspektur upacara pada tanggal 17 Agustus adalah Presiden Soeharto.
c)    Redaktur majalah Sarinah menerima banyak surat.

b.   Sufiks -is dapat berfungsi membentuk kata nomina dan adjektiva. Sufiks -is pembentuk kata nomina berhubungan dengan sufiks -isme. Jika diperhatikan afiks -is dapat membentuk kata benda menjadi kata benda abstrak.

-is               - (dasar + -isme) 'orang yang bersangkutan dengan …'
          Contoh:
a)    Apakah kedudukan kaum kapitalis makin kuat pada masa ini?
b)   Pikirannya mencerminkan ia seorang feodalis.

-is               N                        A         'bersangkutan dengan'
          Contoh:
a)    Tamatan sekolah teknik ini mempunyai pengetahuan teknis dan praktis tentang permesinan.
b)   Peristiwa itu dibeberkan secara kronologis oleh komandannya.

c.    Sufiks -isme berfungsi untuk membentuk kata nomina menjadi kata abstrak. Misalnya, suku + (-isme) menjadi sukuisme; Pancasila + (-isme) menjadi Pancasilaisme; Bapak + (-isme) menjadi Bapakisme; Marhaen + (-isme) menjadi Marhaenisme.
-isme      - 'paham'
          Contoh:
a)   Aliran humanisme mengutamakan unsur kemanusiaan.
b)   Kapitalisme ditolak di negara komunis.
c)   Feodalisme sudah tidak sesuai lagi untuk zaman sekarang.
Catatan:
Bentuk ini bisa diperlakukan sebagai proleksem.
d.   Sufiks –isasi yang diserap dari bahasa Inggris ini sangat produktif dan berfungsi membentuk kata nomina abstrak.
-isasi      - 'proses'
          Contoh:
a)   Perusahaan yang bangkrut itu tidak mempunyai inventarisasi yang cukup.
b)   Ia mengambil spesialisasi bidang kedokteran anak.
c)   Ibu aktif dalam pelbagai organisasi di kantornya.

e.    Sufiks -us berfungsi membentuk kata nomina.
­-us          - 'pelaku tunggal, orang yang bergerak dalam bidang'
                   Contoh:
a)   H. B. Jassin adalah kritikus sastra yang terkenal.
b)   Ia ingin menjadi politikus ulung.

E.  Makna
1.    Dari Bahasa Arab
          Akhiran -i, -iah, dan -wi berfungsi membentuk kata sifat. Makna yang dikandungnya pun menyatakan 'memiliki sifat'.

Contoh:
          Insani                             'memiliki sifat keinsanan'
          Alamiah                         'memiliki sifat kealaman, natural'
          Agamis                          'menunjukkan sifat orang yang beragama, taat beragama'
Manusiawi                     'bersifat kemanusiaan'

Sufiks –i
Sufiks –i berarti sifat atau asalnya. Misalnya: hewani, badani, ilahi.
Sufiks –iah
Sufiks –iah berarti sifat, asal keadaan. Misalnya: badaniah, alamiah, ilmiah.

2.    Dari Bahasa Sansekerta

Nomina dengan afiks -wan/-wati mengacu pada:
§  orang yang ahli dalam bidang tertentu,
§  orang yang mata pencarian atau pekerjaannya dalam bidang tertentu, atau
§  orang yang memiliki barang atau sifat khusus
Pada mulanya arti akhiran ini hanya sebatas "orang yang ...".
Contoh:
§  Bangsawan - orang yang memiliki derajat yang lebih tinggi dari orang-orang biasa
§  Hartawan - orang yang memiliki harta
§  Rupawan - orang yang memiliki rupa yang elok
§  Jutawan, dermawan, setiawan, dll.
Dalam perkembangan bahasa Indonesia, akhiran "-wan" mengalami perluasan makna, sehingga dapat bermakna "orang yang ahli dalam bidang ...". Contoh:
§  Ilmuwan - orang yang ahli dalam bidang ilmu tertentu
§  Negarawan - orang yang ahli dalam bidang ilmu negara
§  Fisikawan - orang yang ahli dalam bidang fisika
Jenis perluasan yang kedua adalah yang bermakna "orang yang berprofesi dalam bidang ...". Contoh:
§  Usahawan - orang yang berprofesi dalam bidang usaha tertentu
§  Olahragawan - orang yang berprofesi dalam bidang olahraga
§  Peragawan - orang yang berprofesi dalam bidang peragaan




AKHIRAN -man, -wan, -wati
          Akhiran -man, -wan, dan -wati merupakan contoh imbuhan serapan. Ketiganya berasal dari bahasa Sansekerta dan berfungsi membentuk kata benda. Ketiga imbuhan tersebut memiliki makna tersebut.
1.    Menyatakan orang yang ahli
          Contoh: ilmuwan, negarawan
2.    Menyatakan orang yang memiliki pekerjaannya
     Contoh: usahawan, wartawati
3.    Menyatakan orang yang memiliki sifat
     Contoh: rupawan, budiman

a.       Sufiks –man, -wan, -wati

Arti
Arti ketiga sufiks ini adalah yang mempunyai.
Contoh: seniman             cendekiawan         seniwati
            budiman             karyawan              wartawan
            sukarelawan       gerilyawan             negarawan

Makna afiks -wan, adalah sebagai berikut:
a.    Menyatakan 'orang yang ahli dalam hal tersebut pada bentuk dasar, dan tugasnya berhubungan dengan hal yang tersebut pada bentuk dasar'. Afiks -wan melekat pada kata nominal.
Contohnya:

Rokhaniwan  : 'orang yang ahli dalam kerokhanian dan tugasnya berhubungan                                 dengan kerokhanian'
Sejarawan     : 'orang yang ahli dalam sejarah dan berkecimpung di bidang                                      kesejarahan'

b.    Menyatakan 'orang yang memiliki sifat yang tersebut pada bentuk dasar'. Makna ini terdapat pada afiks -wan yang melekat pada kata sifat.
Contohnya:

Relawan        : 'orang yang rela'
Sosiawan       : 'orang yang mempunyai sifat sosial'
Pada kata-kata suka rela afiks ­-wan menyatakan makna 'orang yang bekerja dengan suka rela'.


3.    Dari Bahasa Barat

a.    -ur pada kata          direkur
                               Kondektur
                               Redaktur
                               Inspektur
Dengan makna gramtikal 'laki-laki yang menjadi (dasar)'.

b.    -si pada kata           kritisi
                               musisi
                               politisi
                               teknisi
                               redaksi
Dengan makna gramatikal 'yang bergerak dalam bidang (dasar)'.

c.    -us pada kata          politikus
                               Musikus
                               Kritikus
Dengan makna gramatikal 'orang-orang yang melakukan (dasar)'.


Sufiks -is
Sufiks –is berarti sifat atau orang. Misalnya: egois, novelis, pancasilais, kapitalis, komunis.

Sufiks -isme
Sufiks –isme menyatakan paham atau aliran. Misalnya: kapitalisme, liberalisme, sukuisme, golonganisme.

Sufiks  -isasi
Sufiks -isasi menyatakan proses. Misalnya: inventarisasi, spesialisasi, organisasi.

 AKHIRAN -isme, -isasi
Akhiran -isme dan -isasi juga merupakan jenis imbuhan serapan. Mulanya pemakaian kedua imbuhan ini sangat terbatas pada kata-kata tertentu, seperti liberalism dan westernisasi. Pemakaiannya tidak hanya pada kata dasar dari bahasa Inggris atau Belanda. Kata-kata Indonesia asli pun banyak yang menggunakan kedua imbuhan tersebut, seperti bapakisme, Indonesisasi.


Sufiks Serapan
No
Sufiks
Arti
Contoh
1
-man
-wan
-wati
-yang mempunyai, ahli, gemar
-budiman, seniman, negarawan, ilmuwan, olahragawati
2
-a, -i
- -a= menyatakan laki-laki
-putra, mahasiswa


-  -i= menyatakan perempuan
-putri, mahasiswi
3
-i
-menyatakan sifat atau asalnya
-hewani, badani, ilahi
4
-ani
-menurut atau bersifat
-rohani
5
-iah
-sifat atau asal keadaan
-badaniah, alamiah, ilmiah
6
-is
-sifat atau orang
-egois, novelis, pancasilais, kapitalis, komunis
7
-isme
-paham atau aliran
-kapitalisme, liberalism

SUFIKS SERAPAN

              
b.      Sufiks –in/-at
Sufiks –in/-at berasal dari bahasa Arab. Sufiks tersebut adalah bentuk jamak yang menyatakan jenis kelamin. Misalnya: muslimin-muslimat. Sufiks –in/-at tidak produktif dalam pembentukkan kata bahasa Indonesia.

F.   Problematik
          Setiap bahasa, termasuk bahasa Indonesia, walaupun dikatakan mempunyai sistem, dalam pemakaiannya selalu timbul masalah-masalah, baik masalah yang berhubungan dengan bunyi, bentukan kata, penulisan, maupun pemakaian kalimat. Hal itu disebabkan oleh sifat bahasa yang selalu berkembang seiring dengan perkembangan pikiran dan budaya pemakai bahasa yang bersangkutan. Oleh sebab itu, timbullah masalah kebahasaan pada bahasa tertentu, misalnya dalam bahasa Indonesia, tidak berarti bahasa itu kurang maju, kurang mapan, dan sebagainya.
          Pemakaian kata dalam bahasa Indonesia juga menimbulkan problema-problema. Pada akhir ini, banyak sekali bentukan baru sebagai hasil kreasi pemakai bahasa Indonesia. Misalnya bentuk turinisasi, lelenisasi, duniawi, dan badani, misalnya dalam kalimat:
1. program turinisasi di daerah Probolinggo telah berhasil.
2. program lelenisasi sangat tepat dilaksanakan di daerah-daerah rawa.
3. sebagai manusia sosial, kita harus manusiawi terhadap sesama.
4. menurut cerita barang siapa minum air surgawi akan awet muda.

Konstruksi turinisasi dan lelenisasi juga merupakan bentuk baru sebagai akibat perlakuan afiks asing dalam proses morfologis bahasa Indonesia. Kita tahu bahwa afiks {(n)isasi} berasal dari bahasa Inggris (n)ization. Bentuk afiks ini, apabila menempel pada bentuk dasar bahasa yang bersangkutan, misalnya modernisasi (modernization), standardisasi (standardization) berarti hal yang berhubungan dengan bentuk dasarnya' yang berfungsi pembedaan secara abstrak. Setelah terserap ke dalam bahasa Indonesia, afiks {(n)isasi} dicoba digabungkan dengan bentuk dasar bahasa Indonesia untuk arti dan fungsi yang sama, misalnya dengan bentuk dasar turi, lele, pompa, sehinga timbullah konstruksi turinisasi, lelenisasi, pompanisasi. Bahkan, tidak menutup kemungkinan apabial timbul konstruksi baru selain ketiga konstruksi di atas.

Konstruksi lain yang tergolong bentukan baru adalah konstruksi manusiawi dan surgawi. Konstruksi itu mengalami proses morfologis dengan jalan menambahkan morfem afiks -wi pada bentuk dasar manusia dan surga. Kita tahu bahwa morfem afiks -wi atau -i apabila bentuk dasarnya berakhir dengan konsonan berasal dari bahasa Arab, sedangkan bentuk manusia (Mly) dan surga bukan dari bahasa Arab. Konstruksi yang bentuk dasarnya berasal dari bahasa Arab ialah duniawi, ukhrawi, insani, dan alami, yang masing-masing diadaptasikan dari "duni-ya-wiyyun" "ukhrawiyyu", "isaniy-yun" dan "alamiyyun".

Ternyata, akhiran -wi dan -i yang berasal dari bahasa Arab itu, setelah terserap ke dalam bahasa Indonesia, diperlakukan sebagai afiks bahasa Indonesia. Oleh karena itu, afiks -wi dan -i sekarang mampu bergandeng dengan bentuk dasar selain dari bahasa aslinya (bahasa Arab) sebagaimana contoh di atas. Sehubungan dengan itu, yang perlu diperhatikan adalah perbedaan pemakaian sufiks -wi dan -i. sufiks -wi dipakai pada bentuk dasar yang berakhir dengan vokal, sedangkan sufiks -i dipakai pada bentuk dasar yang berakhir dengan konsonan. Oleh sebab itu, konstruksi gerejani dianggap sebagai konstruksi yang salah sebab afiks -ni tidak ada, padahal sebenarnya bersufiks -i. Dengan demikian, yang benar adalah gerejawi sebab bentuk dasarnya ialah gereja dan berakhir dengan huruf vokal.


BAB III
PENUTUP
A.  Simpulan
Pada masa lampau alomorf -man diletakkan pada dasar yang berakhir dengan fonem /i/. Contoh:
§  Budiman
§  Seniman
Saat ini sufiks -man sudah tidak produkif lagi; pembentukan nomina baru sering mempergunakan -wan yang lebih produktif.

Fungsi dan makna afiks dari bahas Arab
Apabila diperhatikan afiks-afiks bahasa Arab yang produktif, maka dapatlah diketahui bahwa afiks-afiks itu berfungsi menjadi kata sifat. Misalnya:
badan + -i badani
gereja + -i gerejani
raga + -i ragawi
dunia + I duniawi
alam + -ah alamiah
badan + -ah badaniah
Adapun makna yang dinyatakannya adalah sifat yang berhubungan dengan bentuk dasar-dasarnya. misalnya badani adalah ‘sifat kebadanan’, gerejani ‘sifat kegerejaan’, ragawi ‘sifat keragaan’, alamiah ‘sifat kealaman’, dan badaniah ‘sifat kebadanan’. Anda dipersilakan mencari contoh-contoh lainnya dan mengidentifikasikan dan makna afiks-afiksnya

Fungsi dan makna afiks dari bahasa Sansekerta
Afiks-afiks produktif yang dipungut dari bahasa Sansekerta ternyata memiliki berbagai berbagai macam fungsi dan makna di dalam pemakaian bahasa Indonesia, seperti akan kita lihat satu persatu berikut ini.
Afiks –man, -wan, dan –wati berfungsi untuk membentuk kata benda baik dari dasar kata benda dan kata sifat. Misalnya :
seni + -man seniman
budi + -man budiman
karya + -wan karyawan
budaya + -wan budayawan
seni + -wati seniwati
karya + -wati karyawati
Secara semantis afiks –man, -wan, dan –wati bermakna agentif. Seniman bermakna ‘orang yang memiliki jiwa seni’. Budiman bermakna ‘orang yang berbudi’. Karyawan orang yang bekerja pada instansi, perusahaan, dan sebagainya. Budayawan bermakna ‘orang yang ahli atau mengabdikan diri dalam bidang kebudayaan’, seniwati, orang yang berkarya seni pada instansi atau perusahaan, dan sebagainya.
Afiks –wati selalu mengacu pada agen yang berjenis kelamin wanita, sedangkan –man dan –wan dapat mengacu kepada agen yang jenis kelaminnya pria dan wanita.

Makna dibentuk oleh kedua imbuhan tersebut adalah:
1.    Akhiran -isme bermakna paham atau ajaran
     Contoh:

     Liberalisme               liberal
     Kapitalisme               kapital
     Feodalisme                feodal
     Islamisme                  islam
     Daerahisme               daerah
     Sukuisme                  suku

Dengan makna gramatikal 'paham mengenai (dasar)'.


2.    Akhiran -isasi bermakna proses atau menjadikan sesuatu
Contoh:        

     Labelisasi                  label
     Organisasi                 organ
     Spesialisisasi             spesialis
     Inventarisasi             inventar
     Tendanisasi               tendan
     Neonisai                    neon

Dengan makna gramatikal 'proses pe-an (dasar)'.
-isasi (-asi) sufiks pembentuk nomina proses, cara, perbuatan: aktualisasi; legalisasi; lokalisasi
1.     Penggunaan akhiran –isme dalam bahasa Indonesia
pada awalnya, kosakata yang menggunakan akhiran –isme berasal dari bahasa asing, misalnya dari bahasa inggris: modernism, communism, colonialism, dll. J.S. Badudu mengatakan bahwa kata-kata yang kita gunakan dalam bahasa Indonesia sekarang yang berakhiran dengan –isme kita pungut dari bahasa Inggris karena bentuk-bentuk bahasa Indonesia lebih dekat kepada bentuk bahasa Belanda. bahasa Malaysia memungutnya dari bahasa Inggris dan menambahkan di belakang kata-kata itu bunyi /a/ sehingga bentuknya menjadi : modernism, komunisma, kolonialisma.(Badudu, 1954:80).
dalam perkembangannya, akhiran –isme dalam bahasa Indonesia tidak hanya dilekatkan dengan bahasa asing, misalnya saja kata:, bapakisme daerahisme, provinsialisme, dll. kata-kata itu tidak berasal dari bahasa asing, namun merupakan kata yang berasal dari bahasa Indonesia sendiri.
jika akhiran –isme tersebut makin sering penggunaannya dalam bentuk-bentuk dasar yang bukan bahasa asing, maka alangkah baiknya jika akhiran tersebut dimasukkan dalam sufiks bahasa Indonesia.
1.     makna akhiran –isme dan beberapa salah pemahaman
menurut Harimurti Kridalaksana makna akhiran –isme yang ada dalam bahasa Indonesia adaenam, yaitu:
1)      praktik-praktik tak terpuji, missal: terorisme, premanisme, kroniisme, egoism
2)      Sifat-sifat mental yang baik, misal: patriotism, heroism
3)      keadaan berlebihan, missal: ialkoholisme, gigantisme
4)      unsur khas dalam bahasa, missal: Latinisme, Arabisme, Holandisme
5)      Paham/ajaran: Buddhisme, individualisme,globalisme
6)      Sikap benci pada kelompok lain: chauvinisme, provinsialisme
makna akhiran –isme tersebut ada yang bermakna baik, jelek, dan ada juga yang netral. namun jika kita lihat dalam penggunaannya sehari-hari beberapa kata yang menggunakan akhiran –isme mengalami kerancuan makna, misalkan saja kataindividualisme yang pada dasarnya bermakna ‘kemandirian’. di sini jelas bahwa makna kata tersebut bersifat netral. namun dalam praktiknya kata individualismeseringkali dimaknai sebagai ‘pementingan diri pribadi’, yang bersinonim dengan kataegoisme.
kata konsumerisme yang pada awalnya bermakna ‘gerakan atau kebijakan untuk melindungi konsumen’ berubah pemahaman menjadi makna yang ,negative, yakni kira-kira ‘gaya hidup yang berlebihan’.
kata kroniisme bermakna ‘keberpihakan kepada sobat-sobat sendiritanpa pertimbangan kualifikasinya’. jadi makna kata kroniisme tersebut bersifat negative. jika dilihat lagi, kata kroniisme secara epistimologis kata Inggris crony berasal dari bahasa Ynani khronios ‘awet; tahan lama’ yang berasal pula dari kata khronos ‘waktu’, jadi kata itu mempunyai sejarah makna yang netral. dalam bahasa Indonesia, kata crony diserap menjadi kroni sebagai bagian dari ungkapan crony capitalismmenjadi kapitalisme crony. dalam bahasa inggris juga ada kata cronyisme yang secara wajar diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kroniisme. kata kroniismeyang maknanya sudah disebutkan di atas bisa disetarakan dengan kata nepotisme, separatism, rasialisme, dll – yang maknanya cenderung bersifat negative.
Kalau kita perhatikan afiks dari bahasa Inggris dapat membentuk kata benda menjadi kata sifat seperti afiks -is dan membentuk kata benda menjadi kata benda abstrak seperti afiks -is –isme dan afiks –isasi. perhatikan contoh-contoh berikut ini. Marhaenis memiliki sifat atau jiwa marhaen. Agamais maknanya memiliki sifat taat kepada agama. Sapta Margais memiliki makna mempunyai sifat patuh kepada Sapta Marga.
Afiks –isme berfungsi untuk membentuk kata benda menjadi kata benda abstrak. Misalnya, suku + -isme menjadi sukuisme; Pancasila + -isme menjadi Pancasilaisme; Bapak + -isme menjadi Bapakisme; Marhaen + -isme menjadi Marhaenisme. Adapun makna yang dinyatakan adalah ‘hal yang berhubungan dengan bentuk dasarnya’. Jadi, sukuisme bermakna ‘hal yang berhubungan dengan suku (kesukuan)’. Pancasilaisme bermakna ‘hal yang berhubungan dengan Pancasila’. Marhaenisme bermakna ‘hal yang berhubungan dengan Marhaen’.
Seperti halnya –isme, afiks –isasi yang diserap dari bahasa Inggris juga berfungsi membentuk kata benda abstrak. neon + isasi menjadi neonisasi. turi + -isasi menjadi turinisasi. Lele +-isasi menjadi lelenisasi. Swasta + -iasasi menjadi swastanisasi. Adapun makna yang dinyatakan adalah ‘hal yang berhubungan dengan pemasangan neon’. Turinisasi ‘hal yang berhubungan dengan penanaman turi’. Lelenisasi ‘hal yang berhubungan dengan pemeliharaan lele’. Swastanisasi bermakna ‘hal yang berhubungan dengan perubahan status menjadi swasta’.
       Satuan -in seperti pada muslimin dan -at seperti pada muslimat, yang merupakan afiks dalam bahasa aslinya, ialah bahasa Arab, tidak atau belum dapat digolongkan afiks dalam bahasa Indonesia, meskipun di samping muslimin dan  muslimat terdapat muslim, oleh karena afiks-afiks asing tersebut belum mampu keluar dari lingkungannya, maksudnya belum sanggup melekat pada satuan lain yang tidak berasal dari bahasa aslinya, ialah bahasa Arab. Demikian pula satuan-satuan -if, -al, -or, -ik, sekalipun di samping sportif terdapat sport, di samping ideal dan musikal terdapat ide atau musik, di samping aktor, proklamator, dan koruptor terdapat aktris, akting, proklamasi, korupsi, dan korup, di samping heroik, patriotik, dan akrobatik terdapat hero, patriot, dan akrobat, dan juga -us, im-, sekalipun di samping politikus terdapat politik, dan di samping improduktif terdapat produktif. 


DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan. dkk. 2003. TATA BAHASA BAKU BAHASA INDONESIA. Jakarta: Balai     Pustaka.
Chaer Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta: Rineka Cipta.
Kridalaksana, Harimurti. 2009. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta:        Gramedia Pustaka Utama.
Putrayasa, Ida Bagus. 2008. Kajian Morfologi (Bentuk Derivasional dan Infleksional).       Bandung: PT Refika Aditama.
Ramlan, M. 2009. Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: CV Karyono.
Resmini, Novi. dkk. 2006. KEBAHASAAN (Fonologi, Morfologi, dan Semantik). Bandung:          UPI Press.

Akhiran
Pada kata-kata asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia kita jumpai akhiran-akhiran seperti berikut:
  1. –asi/isasi misalnya pada afiksasi, konfirmasi, nasionalisasi, kaderisasi, komputerisasi. Akhiran tersebut menyatakan ‘proses menjadikan’ atau ‘penambahan’;
  2. –asme misalnya pada pleonasme, aktualisme, sarkasme, antusiasme. Akhiran ini menyatakan kata benda;
  3. –er seperti pada primer, sekunder, arbitrer, elementer. Akhiran ini menyatakan sifat;
  4. –if misalnya pada aktif, transitif, obyektif, agentif, naratif. Akhiran ini menyatakan sifat;
  5. –is 1 pada kata praktis, ekonomis, yuridis, legendaries, apatis. Akhiran ini menyatakan sifat;
-is 2 pada kata ateis, novelis, sukarnois, Marxis, prosaic, esei. Akhiran ini menyatakan orang yang mempunyai faham seperti disebut dalam kata dasar, atau orang yang ahli menulis dalam bentuk seperti yang disebut di dalam kata dasar;
  1. -isme seperti pada nasionalisme, patriotisme, Hinduisme, bapakisme. Isme artinya ‘faham’;
  2. –ir seperti pada mariner, avonturir, banker. Akhiran ini menyatakan orang yang bekerja pada bidang atau orang yang mempunyai kegemaran ber-;
  3. –itas seperti pada aktualitas, objektivitas, universitas, produktivitas. Akhiran ini menyatakan benda.
untuk menyatakan suatu afiks bahasa asing telah diterima menjadi afiks bahasa Indonesia, apabila afiks tersebut sudah mampu keluar dari lingkungan bahasa asing dan sanggup melekat pada bentuk dasar bahasa Indonesia. Ramlan (1983:52) memberikan gambaran afiks –in dan –at pada kata muslimin dan muslimat merupakan afiks bahasa Arab, belum dapat digolongkan ke dalam afiks bahasa Indonesia, meskipun di samping muslimin dan muslimat ada bentuk muslim. Namun demikian, kedua afiks tersebut belum mampu melekat pada bentuk dasar bahasa Indonesia lainnya. Kedua afiks tersebut hanya mampu melekat pada bentuk dasar bahasa Arab.
3. Fungsi dan Makna Afiks dari bahasa Asing
a. Fungsi dan Makna Afiks dari bahasa Inggris
Kalau kita perhatikan afiks dari bahasa Inggris dapat membentuk kata benda menjadi kata sifat seperti afiks -is dan membentuk kata benda menjadi kata benda abstrak seperti afiks -is –isme dan afiks –isasi. perhatikan contoh-contoh berikut ini. Marhaenis memiliki sifat atau jiwa marhaen. Agamais maknanya memiliki sifat taat kepada agama. Sapta Margais memiliki makna mempunyai sifat patuh kepada Sapta Marga.
Afiks –isme berfungsi untuk membentuk kata benda menjadi kata benda abstrak. Misalnya, suku + -isme menjadi sukuisme; Pancasila + -isme menjadi Pancasilaisme; Bapak + -isme menjadi Bapakisme; Marhaen + -isme menjadi Marhaenisme. Adapun makna yang dinyatakan adalah ‘hal yang berhubungan dengan bentuk dasarnya’. Jadi, sukuisme bermakna ‘hal yang berhubungan dengan suku (kesukuan)’. Pancasilaisme bermakna ‘hal yang berhubungan dengan Pancasila’. Marhaenisme bermakna ‘hal yang berhubungan dengan Marhaen’.
Seperti halnya –isme, afiks –isasi yang diserap dari bahasa Inggris juga berfungsi membentuk kata benda abstrak. neon + isasi menjadi neonisasi. turi + -isasi menjadi turinisasi. Lele +-isasi menjadi lelenisasi. Swasta + -iasasi menjadi swastanisasi. Adapun makna yang dinyatakan adalah ‘hal yang berhubungan dengan pemasangan neon’. Turinisasi ‘hal yang berhubungan dengan penanaman turi’. Lelenisasi ‘hal yang berhubungan dengan pemeliharaan lele’. Swastanisasi bermakna ‘hal yang berhubungan dengan perubahan status menjadi swasta’.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar